Senin, 22 Desember 2008

05 - highlight from the past

Jam 6.30 malam, aku mengendarai mobilku sendiri menuju Permata Hijau, disampingku tergeletak sebuah box berisi sebuah tas yang terbungkus manis dengan kertas kado warna coklat kesukaan mama, perjalananku dari Setiabudi menuju Permata Hijau agak sedikit terhambat, maklum malam minggu waktunya orang keluar dan bersantai bersama keluarga, pasangan bahkan teman-teman. Tepat 7 kurang 5 aku sampai, setelah pak Tata, supir keluarga kami memarkirkan mobilku, mengingat mobil-mobil sudah agak penuh.
*hmm...kayaknya mama ngundang tamu banyak nech* aku membatin melihat banyaknya mobil-mobil di depan rumah.

“Assalamualaikum” aku menyapa dengan sedikit keras sesaat aku memasuki ruang keluarga

“Walaikum Sallam” suara yang menyahut ternyata cukup ramai, dan aku melihat wajah yang sangat dekat dengan hidupku, Oma sedang duduk diapit oleh tante dan omku, adik-adik sepupuku duduk bersimpuh dibawah

Aku segera menghampiri Oma “Hallo, Oma....” sapaku sambil mencium tangan dan mencium pipi kiri dan kanannya tak lupa aku memeluknya erat, yeah aku sangat dekat dengan omaku, sejak kecil aku diasuh dan dididik oleh oma dan almarhum opa di bogor.

Berikutnya aku menghampiri tante-tanteku dan omku, setelah itu aku sudah dikelilingi oleh sepupuku yang rata-rata masih seumuran Anty, aku adalah cucu pertama sehingga aku adalah saudara tertua di generasi cucu.

“Bang Rey, mana pacarnya?” sesaat pertanyaan Ade membuatku jengah

“Wah...belum ada nech De, kamu cariin dech buat abang” aku menjawab setengah bergurau

“Ihh...temen-temen adek khan masih kecil semua” jawabnya setengah mencibir

Aku hanya tertawa, tak lama Anty memasuki ruang keluarga

“Oma, Ucu, Tante, semuanya, kata mama sudah boleh ke taman, sudah selesai, Ayo” Anty mengundang semuanya untuk ke taman, memang konsep acaranya adalah Garden Party dan event organizernya Aldy dan Anty, aku tidak diperbolehkan ikut campur, katanya nanti yang dipake adalah ideku bukan ide mereka, aku sedikit geli mengingat perdebatan tentang siapa yang akan mengatur acara ulang tahun mama tahun ini beberapa minggu yang lalu.

“Hi Bro, baru datang?” Anty menghampiriku
”Yup, mama mana?

”itu di Taman, papa juga disitu”

“Aldy?”

“Ada di Taman juga, lagi galak dia jadi mandor” Anti menjawab sambing nyengir

“Yuks, kita ke Taman” aku jalan sambil merangkul Anty

”Bro...ehm....”

”Whuzz up? Kok jadi bingung, mo ngomong apa?”

”Aku undang Rena lho malam ini” Pernyataan Anty sedikit mengejutkanku

”Hah? What for? Khan dia belum pernah kenal mama”

”That’s okay, nanti aku bilangnya dia temenku aja, khan mama juga bilang kita disuruh undang temen-temen kita”

”Up yours lah Ty...” Aku agak kesal dan kaget tapi aku paling tidak bisa marah sama adikku yang satu itu

Sesaat aku berhenti melihat hasil kerja kedua adikku menyulap halaman belakang rumah menjadi sebuah garden party yang mengagumkan, lampion tergantung dibeberapa tempat, lilin apung tersebar di kolam renang, penataan lampu di beberapa temapt menambah nyaman dan hangatnya suasana, di gazebo light jazz music yang berisikan Piano, Bass, Trumpet dan Vocal melantunkan musik-musik pop jazz ringan, tepat di sisi kolam renang screen berukuran 2x3 memutarkan bumper ”Happy Birthday Mom” sebuah penataan yang sangat baik.

”Nah ini dia anak mama paling gede baru datang, sudah jam segini” Suara mama tiba-tiba terdengar menyapa kami

”Hi Mam, duuuu tambah cantik aja mama, Met ulang tahun yah, tambah sehat, tambah cantik, tambah sayang sama keluarga terutama anaknya paling gede dan ganteng ini” aku berkomentar sebelum aku kemudian memeluk dan mencium tangan dan pipi mama

”Huu, masa mama cuma sayang sama kamu, yah sama Aldy dan Anty juga pastinya”

”Oh ya Ma, ini small gifts buat mama yah” aku mengangsurkan kotak yang tadi aku bawa

”Apa ini Rey?”

”Kado dari Rey, Ma”

”Aduh...ini khan yang mama mau, makasih yah sayang” dengan muka berseri mama memelukku

”Buat mama apa yang ga sech” aku tersenyum senang melihat muka mama yang bahagia.

”Pa...come, see what Rey brought for Mama”

Dari kejauhan papa berjalan mendekati

“Hi Pa” aku segera mencium tangan papa.

”Hi Rey, kok baru dateng, ga bantu-bantu adek kamu nyiapin acara”

”C’mon Pa, papa tau khan terakhir kita discuss mereka berdua ngotot mau running the event by themselves, yah Rey hanya menghargai keinginan mereka, toh the result very good kok”

“Pa, liat dong rey beliin mama tas Bottega, yang mama kepengen itu lho”

”Seneng tuh, hahahahahaha” Papa tertawa menggoda mama

”Iya dong, apalagi dibeliin sama anak sendiri”

“Rey, kamu makan dulu gih, temenin Oma tuh, kamu dah lumayan lama ga ketemu Oma khan, Ma...temen mama ada yang datang” Papa menyuruhku makan sekaligus memberitahu mama bahwa ada serombongan ibu-ibu yang menghampiri

“Rey makan dulu Pa, Ma”

30 menit kemudian, aku melangkah menuju toilet didalam rumah, setelah selesai aku kembali menuju ke taman, hanya selangkah aku menapak ketengah rerumputan, suara lembut dengan intonasi yang sangat aku kenal sedikit menyentakku

“Hello Rey”

Aku tak tahu beberapa lama aku terdiam, hingga akhirnya suara tersebut kembali terdengar dan menyadarkanku

“Rey, kamu baik-baik aja khan?”

“Eh..Fine..I’m fi..ne, kamu apa kabar Nay?” aku mencoba menghilangkan kekakuan dan keterkejutanku yang aku yakin aku telah gagal 100% melakukannya

Sosok tersebut tersenyum dan menjawab “Baik, kok”

”Hmm..Kamu sama siapa Nay?” aku berusaha dengan keras mencairkan suasana yang kaku ini

”Sendiri kok, tadi aku naik taxi”

“Ow, dah lama atau baru datang” kalau ada yang mendengar pembicaraan kami pasti mereka bisa langsung menilai bahwa ini hanya perbincangan basa-basi semata.

“Belum terlalu lama, ketemu mama trus ambil cemilan” Lantunnya yang tetap teratur, bersahaja dan menarik merupakan hal yang tak pernah berubah darinya.

“Nayaa.......” tiba-tiba Anty menyeruak dan langsung memeluk wanita cantik yang nyaris sempurna dan baru saja memberikanku sebuah hantaman petir ditengah cuaca malam yang cerah.

“Maaf yah bro, Naya gw culik dulu” Anty dengan tersenyum menarik Naya menjauh dariku, sementara aku masih terus terpaku melihat Naya berlalu.

Naya, seorang wanita cantik, berambut bergelombang, kulit yang coklat, parasnya yang cantik ditunjang oleh mata yang selalu bersinar tetapi bisa sangat menyejukan, bibir yang kecil selalu memberikan senyum termanis yang pernah aku lihat, tubuhnya yang proporsional semakin melengkapi kesempurnaannya, tak hanya dari bentuk tubuh dan paras muka, Tuhan juga memberinya pemikiran yang cemerlang.

Seorang Naya yang pernah bersamaku merajut hari-hari dan mimpi-mimpi selama beberapa tahun, Naya yang selalu ada disaat aku sedang susah maupun senang, Naya yang selalu membuatku tertawa, Naya yang selalu memberikanku inspirasi, hingga suatu ketika sosok tersebut menghilang bersama sosok pria lain demi memenuhi keinginan dari orang tuanya, membuatku hilang dan tersesat selama beberapa lama, dan kini ia hadir didepanku dengan segala kesempurnaannya.

Dari kejauhan aku melihat betapa Naya begitu mudahnya masuk di lingkungan keluargaku tengah bersenda gurau bersama keluargaku, aku segera mengambil sebuah kursi yang ada didekatku dan menghenyakan badanku, sesaat semua menjadi cempur aduk dan aku terbang kembali ke masa lalu.

Tak berapa lama tiba-tiba suara Aldy mencoba menenangkan para tamu undangan, dan ia mengucapkan selamat ulang tahun ke Mama, dan mendaulat mama untuk memberikan sedikit kata-kata, setelah itu Aldy memberitahukan bahwa ia, Anty dan aku telah menyiapkan sebuah footnotes memory lane meski aku tahu bahwa yang menyiapkan adalah Aldy dan Anty, footnotes memory lane tersebut memuat foto-foto mama dari ia muda, saat pernikahan dengan Papa,saat ia hamil dan menggendong aku, Aldy dan Anty, suddenly beberapa foto yang sangat aku kenal, foto ulang tahun mama beberapa tahun yang lalu, dan didalam foto tersebut Naya sedang memelukku sambil memperhatikan mama meniup lilin. Setelah itu beberapa foto dimana Naya terlibat dalam acara keluargaku turut hadir didalam screen. Sesaat aku melihat kearah Naya dan suatu momentum yang cukup ajaib karena saat itu juga Naya sedang melihat kearahku dan matanya memberikan sejuta makna yang tidak dapat aku artikan sepenuhnya.