Rabu, 01 April 2009

06 - Happy Sunday

*Krinnggg....* alarm jam aku berbunyi nyaring dan seketika membangunkanku, tanganku menggapai dan menekan tombol hitam yang ada diatas jam tersebut, sedetik kemudian disaat aku sudah ingin kembali terbang ke alam mimpiku, telingaku menangkap suara orang ngobrol di luar, sambil bertanya-tanya aku bangun, meraih sandal rumahku dan melangkah keluar kamar.

“Pagi bang...eh tampangnya jangan bengong gitu dong” Anty menyapaku dengan bibir menahan ketawa, mungkin karena melihat tampangku yang baru bangun dan bengong ala aku, dibelakangnya Adhe dan Hanna turut mentertawakanku. Aku baru ingat kalau semalam aku mengundang saudara sepupuku untuk menginap di apartemenku, memberikan waktu untuk mama dan saudaranya ngobrol sepanjang malam.

“Duh...pagi-pagi berisik amat sech!” Aldy keluar dari kamar dengan sedikit menggerutu, dan langsung ngeloyor ke kamar mandi

Aku pun mengikuti jejak Aldy dan kembali masuk ke kamar tidurku dan bersiap-siap mandi

Tak berapa lama kita semua ngumpul di meja untuk sarapan, dan pagi ini Anty bersikeras untuk nyiapin sarapan buat aku, biar aku lebih sehat katanya.

”Bro, loe kok tadi malam ga nempelin Rena sech, padahal gw dah sengaja undang dia” Anty berkata sembari menuangkan coklat keatas pancake buatannya.

”Iya, abang kenapa sech? Hanna juga bingung, padahal gw sama Anty dah ngeset suasana juga?” Hanna langsung menimpali pertanyaan Anty

Aldy dengan tampang dan senyum mencibirnya yang cukup sering membuat aku kesal langsung menjawab pertanyaan Anty dan Hanna tepat sebelum aku membuka mulut, ”Ya iyalah...gimana kakak mau nempel si Rena kalau tadi malam seluruh perhatiannya ada di Mba Naya, bener khan bro?”

”Rese loe!!” jawabku singkat, sementara aku yakin kalau mukaku terlihat jengah dan merah

”Hahahahahahaha, emang siapa yang undang mba Naya sech kak?” tanya Aldy

”Mana gw tahu, jelas-jelas gw tadi malam sesaat jadi orang bloon dan plongo ga bisa ngomong apa-apa, 3 tahun lebih gw ga ketemu dia, tiba-tiba dia ada didepan gw, gimana ga jadi blopo gw”

Sudut mataku menangkap sedikit senyuman hadir di muka Anty, membuatku penasaran untuk menduga bahwa adikku yang paling cantik dan aku sayangi yang menjadi penyebab hadirnya Naya tadi malam.

”Ty, kamu yah yang undang Naya?”

”Ga mas, sumpah! Bukan gw, kalau Rena iya gw yang ngundang tapi kalau mba Naya bukan” Anty dengan cepat berkelit

”Yah sudahlah, yang terjadi yah sudah” sahutku

”Terus hari ini kita ngapain dong” tanya Aldy

”ngapain yah, nonton, bowling, billiard, apa nongkrong?” kata Hanna

”Terserah, gw ngikut kalian aja dech”

*Ding...*
Suara internal phone apartemen aku berbunyi, setelah aku mengangkat terdengar

”Selamat pagi pak Rey, mohon maaf ada tamunya dibawah”

”Pagi, siapa mas?”

”Ibunya pak Rey, mau bicara pak”

”Ga pa pa mas, boleh tlg dipersilahkan naik saja”

”baik pak, terima kasih”

”Sama-sama mas”

”Anty, Aldy, mama datang tuch...” aku memberitahu kedatangan mama ke Anty dan Aldy

”Oh..ngapain, yah ga jadi jalan dong kita” sahut Aldy

”Heh, ga boleh gitu bro”

”Hehehehehe”

Tak lama bell pintu berbunyi, Hanna yang sedang berada di ruang tamu segera membukanya

”Masuk Mama Irma”
”Han, abangmu mana?” suara mama terdengar

”Hi Ma” aku segera menghampiri mama, sebelum aku sampai langkahku terhenti karena aku melihat sesosok wanita yang telah membuat lidahku kelu dan kaku beberapa jam yang lalu kembali hadir di hadapanku

”kamu kok jadi patung gitu sech Rey” suara mama mengantarkan aku kembali ke kenyataan yang ada, ingin rasanya aku mencubit atau bahkan menampar diriku sendiri untuk membangunkan aku dari apa yang aku anggap mimpi

”Oh ga Ma, ga kenapa-napa”

”Hi Rey” suara lembut itu menyapaku

”Hi Nay” ada angin apa yang membawa seorang bidadari datang ke rumahku ini, saat berkata seperti itu aku mencoba untuk berbuat dan bertingkah segombal dan selucu mungkin, lengkap dengan proses membungkuk dengan tangan didada, yah sebenarnya semua itu hanya untuk menutupi mukaku yang kuyakin sudah terlihat salah tingkah dan aneh. Sementara yang lain tertawa hanya Anty yang melihatku dengan tatapan yang sedikit aneh.

”hihihi, kamu apaan sech Rey, tadi aku ditelpon mama trus diajakin jalan, ternyata jalannya ke rumah kamu” Naya tertawa riang melihat sikap anehku

”Ow, kalau begitu bidadari silahkan duduk, hmm...para dayang-dayang kami persilahkan untuk minggir, karena yang mulia ratu dan bidadari ingin duduk”

*Ding*
Sebelum aku mulai membanyol lagi, suara internal phone terdengar lagi

“Bro, tolong jawab dulu yah, Ma...Ya...mau minum apa?”

“Teh aja Rey”

“Ya…?”

“Aku apa aja Rey, air putih juga ga apa apa”

“Oks, bentar yah” aku menjawab sembari melangkah ke dapur

“Sini Rey, aku bantuin” Tiba-tiba Naya berdiri dan berjalan mengikutiku ke bar, sementara aku hanya mengangguk

“Oh ya bro, td kenapa?” aku bertanya ke Aldy

”Ga, gw ngajak si KingKong join ma kita jalan, dia dah dibawah tar lagi juga naik” jawab Aldy

”Ow, Okay”

”Ya...kamu sekalian teh aja, atau mau aku buatin sirup, juice maybe” tawarku ke Naya

”Nope, ga usah Rey....aku air putih aja, anyway kamu apa kabar?”

”Baik Ya, Alhamdulillah, kamu ndiri gimana?”

”Alhamdulillah Rey, dah lama kita ga ngobrol-ngobrol yah”

”Yah gitu dech, aku sebenernya sudah lama pengen ngajak kamu ngobrol-ngobrol, Cuma you know lah why I didn’t ask you to”

”I know Rey, aku juga sebenernya pengen ngobrol ma kamu, since kamu sudah tau aku seperti apa, Cuma aku juga ga enak, sampai beberapa hari yang lalu aku telepon mama trus kita ngobrol di telepon, sampai akhirnya mama minta aku datang pas acara ulang tahun mama tadi malam”

”I’m a bit surprise, guess not a bit yah, aku tau kamu bisa baca aku jadi...aku kaget banget liat kamu tadi malam, dan aku bener2 ga prepare untuk ketemu kamu, so sorry banget kalau aku rada aneh dan ga nemenin kamu yah”

”That’s okay Rey, Aku ngerti banget kok”

”Anyway, hari ini kok bisa jalan ma mama lagi”

”Jujur apa bohong Rey” Naya menjawab dengan kerlingan mata khasnya saat dia sedang membuat aku penasaran

”Bohong aja dech....kamu nech” aku menjawab sambil reflekku mencubit pelan hidungnya

”Hahahahha, seneng dech ngeliat kamu ga kaku lagi sama aku” Naya tertawa lepas, kulihat sedikit semburat di wajahnya

”huuuu.....” makin keras kucubit hidungnya

”Cieeeee....kayaknya ada yang bernostalgia nech” Anty datang menghampiri dan menggoda aku dan Naya, aku cuma tersenyum dan memandang Nay, Naya pun tersenyum dan mengedipkan matanya ke arah Anty

”Assalamualaikum” Suara berat terdengar dari arah pintu, aku melihat seorang pria dengan postur tinggi, besar hitam dan potongan rambut yang terbilang botak, cengar-cengir tersenyum

”Ya Allah, tolong ada king-kong lepas” aku spontan teriak-teriak, sementara yang lain tertawa

”Rese loe Rey, ganteng gini dibilang kingkong” Sahut Dade yang baru saja tiba.

Dade ini sahabatnya Aldy sejak high school, kemana Aldy pergi biasanya Dade akan ada, aku suka meledek Aldy kalau dia dari dulu itu cocoknya jadi Mafia, begitu Aldy tanya kenapa, aku Cuma bilang bahwa sejak SMA dia punya bodyguard pribadi, aku juga menambahkan ”tapi si Dade jangan senyum, diem aja, pasti pada takut tuch orang-orang”, saat itu Aldy tertawa terbahak-bahak sambil mengatakan, ”Ya tuch, tapi justru kalau dia senyum semua orang pasti pada takut bro” kami berdua pun tertawa terbahak-bahak

”De, sorry gw Cuma buatin minum buat nyokap sama Naya doang, loe dah gede khan, ambil sendiri di dapur yah”

”Rese...biarin sekalian gw ngerasain punya apartemen kayak loe ah” jawabnya sambil melangkakan kaki ke bar

”Bro, loe temenin tuch si Dade, tar mecahin apa ngerusakin bar gw, heheheheh” aku terus meledek Dade

”Biar aja bro, tar kita ambil Yamaha TZMnya aja kalau dia ngerusakin barang loe” Aldy tak kalah sengitnya

Semua tertawa, sementara Dade Cuma mesem-mesem di ujung bar.

Semakin siang suasana diisi dengan keriangan, saling canda, saling ledek, dan aku merasa bahagia, entah karena keriangan itu atau memang karena hadirnya Naya ditengah kita.

Senin, 22 Desember 2008

05 - highlight from the past

Jam 6.30 malam, aku mengendarai mobilku sendiri menuju Permata Hijau, disampingku tergeletak sebuah box berisi sebuah tas yang terbungkus manis dengan kertas kado warna coklat kesukaan mama, perjalananku dari Setiabudi menuju Permata Hijau agak sedikit terhambat, maklum malam minggu waktunya orang keluar dan bersantai bersama keluarga, pasangan bahkan teman-teman. Tepat 7 kurang 5 aku sampai, setelah pak Tata, supir keluarga kami memarkirkan mobilku, mengingat mobil-mobil sudah agak penuh.
*hmm...kayaknya mama ngundang tamu banyak nech* aku membatin melihat banyaknya mobil-mobil di depan rumah.

“Assalamualaikum” aku menyapa dengan sedikit keras sesaat aku memasuki ruang keluarga

“Walaikum Sallam” suara yang menyahut ternyata cukup ramai, dan aku melihat wajah yang sangat dekat dengan hidupku, Oma sedang duduk diapit oleh tante dan omku, adik-adik sepupuku duduk bersimpuh dibawah

Aku segera menghampiri Oma “Hallo, Oma....” sapaku sambil mencium tangan dan mencium pipi kiri dan kanannya tak lupa aku memeluknya erat, yeah aku sangat dekat dengan omaku, sejak kecil aku diasuh dan dididik oleh oma dan almarhum opa di bogor.

Berikutnya aku menghampiri tante-tanteku dan omku, setelah itu aku sudah dikelilingi oleh sepupuku yang rata-rata masih seumuran Anty, aku adalah cucu pertama sehingga aku adalah saudara tertua di generasi cucu.

“Bang Rey, mana pacarnya?” sesaat pertanyaan Ade membuatku jengah

“Wah...belum ada nech De, kamu cariin dech buat abang” aku menjawab setengah bergurau

“Ihh...temen-temen adek khan masih kecil semua” jawabnya setengah mencibir

Aku hanya tertawa, tak lama Anty memasuki ruang keluarga

“Oma, Ucu, Tante, semuanya, kata mama sudah boleh ke taman, sudah selesai, Ayo” Anty mengundang semuanya untuk ke taman, memang konsep acaranya adalah Garden Party dan event organizernya Aldy dan Anty, aku tidak diperbolehkan ikut campur, katanya nanti yang dipake adalah ideku bukan ide mereka, aku sedikit geli mengingat perdebatan tentang siapa yang akan mengatur acara ulang tahun mama tahun ini beberapa minggu yang lalu.

“Hi Bro, baru datang?” Anty menghampiriku
”Yup, mama mana?

”itu di Taman, papa juga disitu”

“Aldy?”

“Ada di Taman juga, lagi galak dia jadi mandor” Anti menjawab sambing nyengir

“Yuks, kita ke Taman” aku jalan sambil merangkul Anty

”Bro...ehm....”

”Whuzz up? Kok jadi bingung, mo ngomong apa?”

”Aku undang Rena lho malam ini” Pernyataan Anty sedikit mengejutkanku

”Hah? What for? Khan dia belum pernah kenal mama”

”That’s okay, nanti aku bilangnya dia temenku aja, khan mama juga bilang kita disuruh undang temen-temen kita”

”Up yours lah Ty...” Aku agak kesal dan kaget tapi aku paling tidak bisa marah sama adikku yang satu itu

Sesaat aku berhenti melihat hasil kerja kedua adikku menyulap halaman belakang rumah menjadi sebuah garden party yang mengagumkan, lampion tergantung dibeberapa tempat, lilin apung tersebar di kolam renang, penataan lampu di beberapa temapt menambah nyaman dan hangatnya suasana, di gazebo light jazz music yang berisikan Piano, Bass, Trumpet dan Vocal melantunkan musik-musik pop jazz ringan, tepat di sisi kolam renang screen berukuran 2x3 memutarkan bumper ”Happy Birthday Mom” sebuah penataan yang sangat baik.

”Nah ini dia anak mama paling gede baru datang, sudah jam segini” Suara mama tiba-tiba terdengar menyapa kami

”Hi Mam, duuuu tambah cantik aja mama, Met ulang tahun yah, tambah sehat, tambah cantik, tambah sayang sama keluarga terutama anaknya paling gede dan ganteng ini” aku berkomentar sebelum aku kemudian memeluk dan mencium tangan dan pipi mama

”Huu, masa mama cuma sayang sama kamu, yah sama Aldy dan Anty juga pastinya”

”Oh ya Ma, ini small gifts buat mama yah” aku mengangsurkan kotak yang tadi aku bawa

”Apa ini Rey?”

”Kado dari Rey, Ma”

”Aduh...ini khan yang mama mau, makasih yah sayang” dengan muka berseri mama memelukku

”Buat mama apa yang ga sech” aku tersenyum senang melihat muka mama yang bahagia.

”Pa...come, see what Rey brought for Mama”

Dari kejauhan papa berjalan mendekati

“Hi Pa” aku segera mencium tangan papa.

”Hi Rey, kok baru dateng, ga bantu-bantu adek kamu nyiapin acara”

”C’mon Pa, papa tau khan terakhir kita discuss mereka berdua ngotot mau running the event by themselves, yah Rey hanya menghargai keinginan mereka, toh the result very good kok”

“Pa, liat dong rey beliin mama tas Bottega, yang mama kepengen itu lho”

”Seneng tuh, hahahahahaha” Papa tertawa menggoda mama

”Iya dong, apalagi dibeliin sama anak sendiri”

“Rey, kamu makan dulu gih, temenin Oma tuh, kamu dah lumayan lama ga ketemu Oma khan, Ma...temen mama ada yang datang” Papa menyuruhku makan sekaligus memberitahu mama bahwa ada serombongan ibu-ibu yang menghampiri

“Rey makan dulu Pa, Ma”

30 menit kemudian, aku melangkah menuju toilet didalam rumah, setelah selesai aku kembali menuju ke taman, hanya selangkah aku menapak ketengah rerumputan, suara lembut dengan intonasi yang sangat aku kenal sedikit menyentakku

“Hello Rey”

Aku tak tahu beberapa lama aku terdiam, hingga akhirnya suara tersebut kembali terdengar dan menyadarkanku

“Rey, kamu baik-baik aja khan?”

“Eh..Fine..I’m fi..ne, kamu apa kabar Nay?” aku mencoba menghilangkan kekakuan dan keterkejutanku yang aku yakin aku telah gagal 100% melakukannya

Sosok tersebut tersenyum dan menjawab “Baik, kok”

”Hmm..Kamu sama siapa Nay?” aku berusaha dengan keras mencairkan suasana yang kaku ini

”Sendiri kok, tadi aku naik taxi”

“Ow, dah lama atau baru datang” kalau ada yang mendengar pembicaraan kami pasti mereka bisa langsung menilai bahwa ini hanya perbincangan basa-basi semata.

“Belum terlalu lama, ketemu mama trus ambil cemilan” Lantunnya yang tetap teratur, bersahaja dan menarik merupakan hal yang tak pernah berubah darinya.

“Nayaa.......” tiba-tiba Anty menyeruak dan langsung memeluk wanita cantik yang nyaris sempurna dan baru saja memberikanku sebuah hantaman petir ditengah cuaca malam yang cerah.

“Maaf yah bro, Naya gw culik dulu” Anty dengan tersenyum menarik Naya menjauh dariku, sementara aku masih terus terpaku melihat Naya berlalu.

Naya, seorang wanita cantik, berambut bergelombang, kulit yang coklat, parasnya yang cantik ditunjang oleh mata yang selalu bersinar tetapi bisa sangat menyejukan, bibir yang kecil selalu memberikan senyum termanis yang pernah aku lihat, tubuhnya yang proporsional semakin melengkapi kesempurnaannya, tak hanya dari bentuk tubuh dan paras muka, Tuhan juga memberinya pemikiran yang cemerlang.

Seorang Naya yang pernah bersamaku merajut hari-hari dan mimpi-mimpi selama beberapa tahun, Naya yang selalu ada disaat aku sedang susah maupun senang, Naya yang selalu membuatku tertawa, Naya yang selalu memberikanku inspirasi, hingga suatu ketika sosok tersebut menghilang bersama sosok pria lain demi memenuhi keinginan dari orang tuanya, membuatku hilang dan tersesat selama beberapa lama, dan kini ia hadir didepanku dengan segala kesempurnaannya.

Dari kejauhan aku melihat betapa Naya begitu mudahnya masuk di lingkungan keluargaku tengah bersenda gurau bersama keluargaku, aku segera mengambil sebuah kursi yang ada didekatku dan menghenyakan badanku, sesaat semua menjadi cempur aduk dan aku terbang kembali ke masa lalu.

Tak berapa lama tiba-tiba suara Aldy mencoba menenangkan para tamu undangan, dan ia mengucapkan selamat ulang tahun ke Mama, dan mendaulat mama untuk memberikan sedikit kata-kata, setelah itu Aldy memberitahukan bahwa ia, Anty dan aku telah menyiapkan sebuah footnotes memory lane meski aku tahu bahwa yang menyiapkan adalah Aldy dan Anty, footnotes memory lane tersebut memuat foto-foto mama dari ia muda, saat pernikahan dengan Papa,saat ia hamil dan menggendong aku, Aldy dan Anty, suddenly beberapa foto yang sangat aku kenal, foto ulang tahun mama beberapa tahun yang lalu, dan didalam foto tersebut Naya sedang memelukku sambil memperhatikan mama meniup lilin. Setelah itu beberapa foto dimana Naya terlibat dalam acara keluargaku turut hadir didalam screen. Sesaat aku melihat kearah Naya dan suatu momentum yang cukup ajaib karena saat itu juga Naya sedang melihat kearahku dan matanya memberikan sejuta makna yang tidak dapat aku artikan sepenuhnya.

Rabu, 29 Oktober 2008

04 - Kado untuk Mama

“Pak, maaf sudah sampai” suara pak Agus membangunkanku

“Eh..oh, makasih pak, nanti pak Agus makan dulu aja, mungkin saya agak lama, ini buat tambahan makan pak” aku berkata, sembari menyerahkan uang kepada pak Agus.

“Makasih pak”

Sambil berjalan memasuki mall, aku menghubungi kedua adikku.

“Bro, gw dah sampai, loe ada dimana?

“Gw gi nyari parkir nech bro, bentar yah”

“Oks”

Kuputar nomor Anty

“Sis…kamu dimana?”

“Hi kak, aku dah di sency kok, ini lagi di Debenhams”

“Lantai berapa?”

“Lantai 2, bagian cewek”

“okay, aku kesana”

Memasuki Senayan City aku langsung mengarah ke Debenhams, mataku sedikit berbelanja, well salah satu kelebihanku, kalau memang bisa dibilang suatu kelebihan, mata dan radarku terhadap keindahan Tuhan yaitu para kaum hawa. Even melalui sudut mata, aku dapat mengetahui kecantikan seorang wanita dan posisinya.

*Bruk* seseorang menubrukku dari belakang dan langsung memelukku, dari wangi parfumnya, sudah bisa kutebak siapa dia.

Hello Princess” Sapaku, sembari membalikan badan

Hello bro, ugh Anty kangen banget…abis kakak sombong sech”

“Hey, ga malu…nanti ngejatuhin pasaran kamu lho, meluk-meluk cowok di public place kayak gini”

“Ga dong, lagipula biarin aja wong kakak sendiri masa ga boleh” Anty setengah merajuk

“hahahhahaha, ga juga sech,kamu dah lama sampainya?”

Anty bergelayut maja dilenganku dan menjawab “lumayan, kuliah terakhir ga ada dosen jadinya langsung kesini aja daripada macet”

“Kamu sama pak Tata?”

Nope, tadi aku naik taxi, mama khan sibuk nyiapin segala hal buat besok, so pak Tata kebagian ribetnya juga keliling-liling”

“ow, trus kita mau makan dulu baru nyari-nyari, atau mau langsung nyari?”

“Langsung aja kali yah, biar ga kemaleman nantinya, kalau dah dapet khan aku tenang, ngomong-ngomong kak Aldy mana?”

Belum sempat aku menjawab, kulihat Aldy sedang berjalan menuju kami

“Tuch dia”

“Hi..hi…sorry telat, deuuuuu liat kak Rey aja langsung nempel dech, hush!!! nanti fansnya kak Rey bisa pada kabur tuch Ty, kalau kamu nempel terus” Aldy langsung nyerocos ke Anty, emang beginilah kedua adikku kalau sudah ketemu saling ledek-ledekan, iseng meski sebenernya keduanya care banget antara satu sama lainnya.

“Biar aja, huh!!”

“Hush! sudah baru ketemu dah berantem, yuk kita nyari kado dulu”

Kita jalan bareng keliling Debenhams, setiap 5 meter Anty selalu berhenti dan melihat satu-dua baju sambil berkomentar, seperti biasa aku dan Aldy selalu menunggu dia, karena itu memang kebiasaan dia kalau jalan2 di Department Store. Adikku yang cantik itu termasuk kaum shopaholic alias pecandu belanja, mama dan papa sudah seringkali kesal dengan sifatnya yang satu itu, untungnya beberapa bulan terakhir ia sudah bisa menahan sifat belanjanya dan lebih banyak menabung, itu juga sebenarnya lebih karena ia kepengen liburan ke negerinya paman Sam, Papa bilang Anty boleh pergi tapi papa ga menyediakan budget belanja disana, jadilah Anty menabung demi memuaskan nafsu belanjanya saat liburan nanti.

“Ty, ayo kita cari kado dulu, nanti keburu tutup semuanya” ajakku dengan setengah memaksa, karena mengikuti kebiasaan adikku itu bisa makan waktu cukup lama.
Setelah kita mengelilingi department store tersebut kami masih belum berhasil menemukan kado yang tepat untuk mama.

“Bro, apa yah enaknya?, loe sendiri beliin apa sech kemarin?” Aldy sudah mulai capek dan memaksa aku memberitahukan kado yang aku belikan untuk mama

“kemarin itu gw beliin mama tas, pas jalan ma gw, kita sempet masuk ke toko itu terus mama suka banget, Cuma waktu itu papa bilang jangan dulu, Cuma mama sech suka banget, gw inget terus yah akhirnya gw beli”

“Tas apaan kak” Tanya Anty

Bottega yang marna cokelat” ujarku

“What, gila itu mah gw ga sanggup kali” Aldy menyahut, “Ada alternativenya ga bro?”

“hihihihihihihihi” Anty terkikik mendengar Aldy bicara dengan nada panik

Aku tersenyum melihat tingkah kedua adikku, Aldy orangnya memang sedikit perhitungan tetapi bukan pelit, ia rela memberikan semua miliknya untuk mama papa tapi ia juga masih bekerja di salah satu agency ibukota, sehingga ia harus teliti membagi pos pos pengeluaran setiap bulan kalau tidak mau setiap akhir bulan telepon aku untuk soft loan, meski aku tidak pernah ngerasa terganggu dengan emergency callnya tetapi Aldy selalu berusaha bisa jalan sendiri tanpa ngerepotin orang lain, I like that part of my brother, dia kuat dan full of responsibility. Berulang kali aku mengajak ia bekerja denganku tetapi ia selalu bilang kalau ia mau belajar banyak dulu sebelum ia bergabung denganku.

Okay-okay, Anty kamu sendiri rencananya beliin apa buat mama?” Aku berusaha mencari solusi
“Hmmmm…..tadinya aku mau beliin mama dompet, tapi bingung”

“Okay, budget kalian berapa sech?” tanyaku

Up to 3 million” Jawab Aldy

“Aku ga sampai segitu sech, paling 2 juta” sahut Anty

“Okay, beberapa minggu yang lalu pas kita jalan-jalan inget ga kalau mama sempet duduk di depan Best Denki nyobain pijit kakinya Osim, trus mama bilang wah enaknya….? Kalian inget ga?”

“Ya…aku inget kak” Anty menjawab dengan semangat “Soalnya aku juga nyobain dan emang enak banget.

“Hmmm…yang mana yah, gw ga inget”

“Oh ya, forgot, waktu itu papa minta tolong loe beliin roti kesukaan dia” jawabku dengan mencoba mengingat kejadian waktu itu

“Hmm, terus maksud kakak, kita beliin mama alat pijit kaki itu?” Tanya Anty

Yup, what do you think?”

How much?” Tanya Aldy

Don’t know 4 or 5 million I guess

“boleh juga, tapi kita patungan yah Ty”

“boleh-boleh....yuks kita ke Osimnya aja?”

Kami menuju lift dan turun ke lower ground, di toko Osim kami semua disambut dengan ramah oleh para sales promotion

“Malam pak, ibu…bisa dibantu?”

“Iya mbak, kita mau cari yangbuat pijit kaki itu, namanya apa yah?” Anty memimpin proses belanja kami

“Oh ada bu, ini namanya uSqueeze, ini model terbaru lho bu, bentuknya lebih begus dari yang lama” SPG itu dengan semangat mempromosikan productnya

Sementara Anty dan Aldy sedang sibuk mendengarkan dan mencoba product tersebut, aku berjalan menuju sebuah kursi pijit berwarna merah, tanpa ragu aku duduk diatas kursi tersebut, tak lama kemudian salah satu SPG menghampiriku, dan mulai menjelaskan kelebihan product yang aku duduki.

Setelah memberikan informasi SPG tsb kemudian menawarkan aku untuk mencoba, aku berpikir ga ada salahnya mencoba dan aku mengiyakan tawarannya, SPG tersebut merubah posisi sandaran dan kakiku kemudian ia memilih pada key panel yang ada di sandaran tangan kursi, tak berapa lama kursi tersebut mulai memijit, diawali dengan automatic body measurement oleh sensor product, akhirnya kursi tersebut mulai memijit.

~Damn!, enak bener aduhhhhhh~ aku menggumam dalam hati
~Gila, wah punya satu kayak gini enak banget nech~ pikiranku terus berjalan selama proses pemijitan oleh kursi itu berlangsung

Akhirnya kursi tersebut selesai memijit dan aku membuka kedua mataku, ternyata saking enaknya aku sampai memejamkan mataku sambil menikmati. Ketika kubuka kulihat Anty sedang cekikikan melihatku.

“Hush, kamu kok ketawa?”

“Iya kakak lucu banget, merem melek gitu trus badan kakak sampai naik turun”

“Enak bener Ty, serius you should try that one

“Ga ah, takut pengen…nyobain uSqueeze aja aku jadi pengen punya, nanti pinjem punya mama aja ah”

“Yeeee, kamu tuch, ngomong-ngomong jadi beli?”

“Jadi, tuch kak Aldy lagi bayar, katanya pake CC dia dulu, nanti aku tinggal transfer ke dia”

“Ooo, berapa harganya?”

“4 jutaan, aku patungan 2 juta, sisanya kak Aldy”

“Ow..okay” Sambil menjawab aku terus melihat kearah kursi merah tersebut, sepertinya SPG yang tadi melayaniku mengetahui bahwa aku tertarik dengan kursi itu

“Gimana pak? enak?”

“Enak banget mba”

“Itu memang kursi yang paling lengkap serinya uPilot pak, lagi discount lho”

“Oh ya emang berapa harganya?” tanyaku dengan sedikit penasaran

“Harganya 69 juta pak, tetapi kita lagi discount jadi 59 juta pak”

“Hmmm, mahal juga yah mba” jawabku meski sebenarnya aku sudah mengira-ngira harganya.

“makanya pak, mumpung lagi discount

“Tar dulu dech mba, enak sech cuma yah ga sekarang” tolakku dengan halus meski otot badanku bereaksi memberikan signal untuk membeli kursi tersebut, tetapi sel otakku berkata aku harus menunggu.

“Bro, gw kemobil dulu yah, taruh barangnya. Anyway kita mau makan dulu ga sech?” Tanpa aku sadari Aldy sudah berdiri didepanku

“iya dong, yah sudah loe taruh mobil dulu aja, gw ma Anty duluan ke Foodism yah” jawabku

Tak berapa lama aku dan Anty sudah sampai di Foodism dan disambut dengan Uci, aku sendiri tidak tau jabatannya di foodism tapi ia merupakan orang kepercayaan sang pemilik restoran tersebut.

Hi, Rey…long time no see, where have you been?” sambut Uci lengkap dengan cium pipi kira dan kanan

“Hi Ci, Aku selalu kesini lho, kamunya aja yang ga pernah ada”

“Masa sech, berarti gwnya yang ribet keliling terus yah”

“Pastinya, eh loe dah kenal adek gw khan” aku mencoba mengingat Uci sudah pernah ketemu dengan adikku atau belum

“Udah kok, Anty khan…Pa kabar Ty?”

“Baik mba” Anty menjawab sambil tersenyum

“Okay mo pesen apa nech?”

“Ty, kamu mau pesen apa?” Aku selalu mencoba bertanya terlebih dahulu setiap aku makan dengan orang lain

“Aku mauuu….Nasi goreng kampong aja dech, jangan pedes yah mba”

“Gw kepiting telor asinnya yah Ci”

“Minum gw minta air putih dan red wine as usual

“Kalau aku, lime Squash aja mba”

“Okay, bentar yah”

“Hey, gw dah dipesenin blum?” Tanya Aldy sesaat ia datang

“Yah belumlah kak, khan loe sendiri belum bilang mau pesen apa” Anty menjawab sambil tangannya mengetik cepat di BBnya

“Oh…” Aldy mengangkat tangannya dan memanggil waitress “Mba…”

Sesaat waitress itu datang Aldy memesan Fettuccini Alfredo dengan Coke, setelah itu ia mengambil BBnya dan ikutan sibuk ber-autis ria.

“Rey” tiba-tiba ada tepukan halus di pundakku dan suara yang begitu merdu ditelingaku

“Hi Ren, kamu sama siapa?” aku bertanya setelah melihat siap yang menepuk pundak dan memanggilku

“Sendirian, tadi abis ketemuan sama temen-temen disini” ia menjawab dengan senyum yang dapat kukatakan selalu manis

Well, sudah makan? C’mon join us” ajakku

Saat itu aku tersadar bahwa mata kedua adikku menatap dengan penuh keingintahuan

“Oh ya Ren, kenalin my beloved brother and sister

“Hi, Rena” Rena mengulurkan tangannya kearah kedua adikku

“Aldy”

“Anty”

C’mon Ren, sit” aku menarik kursi disampingku

Thanks, so you two are really Rey's Brother and sister” Rena bertanya kepada Adikku dengan senyum penuh tanya

Yup, we’re his princess and little prince, while Rey the crown prince” Anty menjawab dengan riang

Wow, aku kira one of adik ketemu gedenya Rey, he’s got like tons of them,Hihihihihihihi” Rena menjawab dengan tertawa

No lah, you just make that up” aku segera menetralisir suasana.

Really Ren? Wow, ternyata kakak kita beken yah bro” goda Anty

“Oh ya Ren, kamu mau pesen apa?” sebelum Anty menggodaku lebih jauh aku segera bersuara kembali

“Aku kebetulan dah makan Rey, aku pesen minum aja dech”

Wine?”

“Boleh”

Malam itu kami berempat ngobrol dengan seru, ternyata Rena dengan Aldy dan Anty bisa akrab cukup cepat, kita ngobrol dari hal seputar kerjaan sampai ke hal-hal kecil yang ga penting tapi selalu mengundang debat dan tawa dan hatiku sedikit berbunga, mungkin karena aku duduk disamping Rena dalam suasana yang santai tanpa ada urusan kerjaan.

Malam semakin larut, tapi kami semua terus ngobrol dengan serunya, oh what a night.

Senin, 27 Oktober 2008

03 - Sepiku

*Ding* BlackBerry™ Messengerku berbunyi entah sudah keberapa kalinya, tapi bunyi tersebut belum dapat menarik perhatianku dari pekerjaan yang sedang aku lakukan, sampai akhirnya *Dong* Window Pop-Up Yahoo Messenger suddenly appear di layar komputerku.

Aldy_nice :Bro
BUZZ!!!
Rey_Man : Whuzz Up?
Aldy_nice : loe dah bliin kado blum buat mama?
Rey_Man : Yup, kemarin gw sempetin ke Sency, kenapa emangnya?
Aldy_nice : Hmm, gw belum bli nih, loe beli apaan buat mama?
Rey_Man : ada dech
Aldy_nice : Eh bro, si Anty ngebuzz gw nech, gw invite conference aja yah
Rey_Man : Oks

Rystianty has joined the conference.
Aldy_nice has joined the conference
Rey_Man has joined the conference


Rey_Man : hi sis
Rystianty :

Rystianty : bro, busy banget sech, weekend kemarin kok ga kerumah?
Rey_Man : sorry sis, weekend kemarin gw ke Bali
Rystianty : Waaa, curaaangggg….kok gw ga diajak
Rey_Man : itu juga karena kerjaan ‘ty…jangan bĂȘte gitu dunks
Aldy_nice : Hello…..kok conference malah ngobrol berdua
Aldy_nice : gw mo ngomongin kado buat mama nih
Aldy_nice : menurut loe berdua, gw beliin apaan yah? Anyway, loe dah bliin mama blum ‘Ty?

Rystianty : Belum bro, ini makanya gw mo nanya juga
Rey_Man : Astaghfirullah, loe berdua ini emang paling2 dech….Ultah mama tinggal besok kok masih belum beliin sech?
Aldy_nice : iya bro, makanya gw bingung nech, any suggestion?
Rystianty : iya kak, suggest dunks, tp jgn yang mahal2 juga yah, Anty juga ‘gi nabung soalnya
Rey_Man : Yah sudah, nanti malam di Sency jam 7 yah
Aldy_nice : sip, thanks bro
Rystianty : Sik sik….see you bro
Rey_Man : Okay

Rystianty has left the conference.
Aldy_nice has left the conference


“Di, tolong pesen bunga yah ulang tahun nyokap” seketika aku ingat ada yang terlupa

Yes sir, bunganya mau seperti apa?”

“Loe yang pilih aja Di, gw ga terlalu ngerti soal jenis-jenis bunga”

“Okay, nanti aku pesenin pak”

“thanks Di”

Langkahku terhenti, aku kembali melangkah keluar menuju ruangan maira

“Hey Mai, busy?”

“Eh hey Rey, biasa aja kok, what’s up?”

Sebelum menjawab aku menghempaskan badanku keatas bean bag berwarna biru muda, kesayangan Maira, tempat pelepas stress dan mencari ide.

“Mai, loe perlu bantuan ‘ga buat presentasi ke Rena next week?

So far sih aman kok Rey, kenapa kok loe kayaknya minat banget setiap kali ada proyek yang berkaitan sama si Rena” Alis Maira sedikit terangkat disaat ia menjawab, lengkap dengan senyumnya yang menggoda

“Ayo, loe ada apa dengan Rena?” kejarnya

Hey, hey...there’s nothing between me and her, Cuma pengen tanya aja in case you need any help from me, terutama karena ini product baru” Aku buru-buru sibuk mengambil salah satu majalah di rak dan mulai membaca, meski sebenarnya aku tak tahu apa yang kubaca.

“Hahahahahaha, c’mon Rey just admitted that you attract to her, don’t be shy with me

Ekspresi Maira saat itu benar-benar kombinasi antara menggoda dan penasaran

“Siapa sech Mai yang ga tertarik sama dia, kakek-kakek aja kalau dia lewat pasti bengong, but c’mon there’s nothing kok” Aku berusaha menetralisir suasana yang tiba-tiba memojokanku

Ok then if you don’t need any help, tapi kalau emang loe perlu just knock on my door yah” aku menutup pembicaraan sembari bangun dari bean bag yang nyaman itu dan melangkah keluar ruangannya.

“Oh ya, nice work on tetra’s presentation, I’ve heard from Sandy, they liked it

Thanks Rey, just don’t forget the bonus” Maira tersenyum simpul

Don’t you worry ‘bout that

Kuhempaskan tubuhku ke sofa di ruanganku, tiba-tiba aku merasa sedikit kesepian, hidupku hanya kuisi dengan pekerjaan, olahraga dan travelling, yang ada disekelilingku hanyalah teman-teman baik kantor dan diluar dan keluargaku. Terkadang disaat aku bersama teman-teman aku tidak pernah merasa kesepian, everything is great tapi begitu aku kembali ke apartemenku, sepi itu kembali datang, mungkin aku memang butuh seseorang


“Huhhhhhhh” helaan nafasku kali ini terdengar begitu berat.

Tanpa terasa kantor semakin gelap, aku tak tahu kapan Dian pamit, karena ketika aku keluar, ia sudah tidak ada di mejanya, lampu-lampu telah menyala, hanya di ruanganku yang gelap, kunyalakan lampu ruanganku, kumatikan laptopku, kali ini aku enggan membawa pulang benda yang nyaris selalu mengikuti aku pergi, satu-satunya yang kuambil hanyalah BlackBerry™ ku, kuraih telepon di mejaku

“Pak Agus, tolong kedepan”

Tanpa menunggu jawaban, kuletakan telepon dan melangkah keluar, didepan pak Agus sudah menungguku

“Pak, kita ke Sency”

Tak lama aku kembali, tenggelam dalam lamunanku

~kenapa aku jadi sering melamun yah~ pertanyaan itu tiba-tiba terlintas di otakku

~Mungkin karena aku merasa sepi, ahhh ga taulah, pusing~

Aku mencoba memejamkan mataku, pada jam seperti ini perjalanan dari kantorku menuju Senayan City membutuhkan waktu 45 menit paling cepat, tak ada salahnya aku memejamkan mata sebentar.

Sabtu, 25 Oktober 2008

02 - Clientku

“Sandy” terdengar suara menyahut diujung telepon

“Sob, jangan lupa meeting CBOC siang ini loe ikut yah, ajak Nisya sekalian…kind of need my best team on that meeting” kataku kepada Sandy melalui telepon

alrighty, what time we’re leaving? Dan perlu gw siapin sesuatu?”

“Jam 11.30 dari sini dech, nope guess we’re just gonna talk and discuss with them

Okay, no probs

sehabis menghubungi charles aku langsung membuka berkas-berkas yang diperlukan untuk meeting siang ini, biasanya sebelum aku memulai segala kegiatan yang akan mengisi keseharianku, aku masih nyempetin buka social networking site alias facebook, blog dan beberapa hal lainnya, tapi tidak untuk hari ini, I’m very exciting buat meeting siang ini, my new client is foreign bank yang akan masuk dan beroperasi disini, so kita semua akan start build the brand dari awal, memikirkan hal tersebut aja sudah membuat semangatku berkobar, wow!

“Dor……!!!” setengah badanku keluar dari pintu ruanganku sambil menepuk pundak Dian sekretarisku, yang memang sedikit latah

“Dor…eh dorr……Tiarappppp!!!” Dian latah dengan keras, membuatku tertawa

“huahahahhaa, kamu ini….Di, tolong booking Kuningan Seafood yah untuk 8 orang, minta VIP room mereka yah”

“siap boss, makanan juga mau dipesenin dulu?” ia menjawab dengan gaya seorang prajurit kepada jenderal, berdiri tegap didepanku, dengan muka yang lucu membuatku ingin ngelatahin dia lagi, hal-hal itu yang membuat aku suka akan personalitynya bagiku Dian very helpful and skillful, daya ingatnya, kerapihan administrasinya, solving problemnya selalu jitu, selama ia menjadi sekretarisku aku tidak pernah mendapat kesulitan untuk travelling, meeting dan seabrek persoalan yg terlihat simple tapi menyusahkan pada akhirnya, pokoknya aku ‘ga kecewa mengangkat Dian yang dulunya hanya receptionist menjadi sekretarisku.

“nope, ‘ga usah dech, nanti aja disana, gue masih belum tau mereka sukanya apaan”

“okay, anyway tadi ada telepon dari bu Rena, dia minta bapak datang, katanya dia mau launch product baru jadi butuh discuss dengan bapak dulu soal marcommnya”

“Sip, gue telepon sekarang bu Rena, jangan lupa dibook yah Kuningan Seafoodnya, thanks Di”dimejaku segera kuambil handphoneku dan mencari nomor bu Rena, yang ini ga bisa ditunda karena bu Rena itu salah satu blue chip clientku.

Hello mam, ‘pa kabar?” sapaku di telepon

“Hi Rey, baik.....kamu ‘ndiri gimana? Sombong banget sech ga pernah telepon, ga pernah dateng mentang2 semua running well, yang dateng selalu si Ridwan” balasnya dengan ceria

It’s all good Ren, cuma emang lagi sibuk aja nech belakangan, biasa banyak pitching, anyway I heard from Dian that you want to see me to discuss your new product?”

“hihihihihi, begitu denger ada bisnis baru aja langsung, hihihihihihihi”

“hahahahah, sorry Ren, bukan begitu maksudku..okay just to make up with you, let’s meet how ‘bout tomorrow, lunch?”

okay, kebetulan aku ada meeting di Sency at 11 o’clock, kita ketemu disana aja, let’s say at 12.30

Great then, so see you tomorrow yah”

See you Rey”Setelah aku menutup telepon, aku langsung kembali menekuni preparation meetingku siang ini

Jam 11.25 Nisya muncul diruanganku dengan gayanya yang menurutku tomboy but fashionable

“Hi Rey, ‘dah siap?”

“Oh, sorry dah jam 11.30 yah ga berasa, Sandy mana?”

“itu ada didepan, biasa ngerokok dulu”

okay, yuks kita jalan”Agak sedikit terburu-buru aku memasukan laptop, notebook, handphone dan BB kedalam tasku

“Di, gue jalan dulu yah, BM gue kalau ada yang penting”

Setibanya di depan kantor, kulihat Sandy sedang asyik dengan rokok dan BBnya

“Woi, autis terussss, huahahahahha c’mon sob”

“yup, naik apa kita?”

Damn, gue lupa sob, pak Agus masih dijalan”Aku pun kembali masuk ke kantor

“Di, gue lupa si pak Agus masih di jalan, ada driver yang bisa nganter gue ga yah?”

“bentar pak, kayaknya tadi pak Jun hari ini ‘ga kemana-mana dech”

“okay, gue tunggu didepan yah”Sesampainya didepan kantor, kulihat pak Jun sedang berbicara di telp yang aku yakin dia sedang berbicara dengan Dian selanjutnya ia tergopoh-gopoh menuju Avanza hitam dan membukakan pintunya.

“Yuk, kita naik pak Jun aja”Bertiga kami segera naik kedalam mobil

“Pak Jun, ke Kuningan Seafood yah” pintaku ke driver kantor

“baik pak”

“Rey, gue dah ngebayangin hal-hal yang seru nech buat si CBOC” Sandy memecah keheningan dengan nadanya suaranya yang memang sedikit keras“Kita bisa buat TVC, launching event, nanti kita bisa buat marketing and operational toolsnya juga, pokoknya everything dech” Sebelum aku menyahut, Sandy sudah memberondongku dengan ide-idenya, matanya terlihat berbinar, begitu melihat antusias Sandy terhadap client baru kami, aku benar-benar exciting dan semangat, karena Sandy termasuk jarang memperlihatkan antusias begitu besar terhadap client, kecuali untuk Rena tentunya dan aku yakin bukan karena productnya tetapi karena Rena-nya yang mana adalah Director sekaligus owner of various consumer goods product yang menjadi client kami, siapa sech yang ga betah bertemu Rena, dia seorang wanita yang ‘ga hanya mempunyai paras yang cantik dengan kulitnya yang putih mulus terawat, hidung yang mancung tidak terlalu besar, bibir tipis yang selalu tersenyum dan mata bulatnya yang menatap tajam dan cemerlang mencerminkan ia tidak hanya mempunyai fisik yang sempurna tetapi juga otak yang encer, she has master degree dari Boston University, suatu universitas dambaanku yang hampir aku singgahi kalau tidak karena krisis yang menerpa keluargaku.

“Rey! Hey are you listening?!”

Damn, aku terbawa lamunanku sendiri, geez aku harus focus…

Yes, so loe ‘dah mikir visualisasinya juga ‘ga? Based on briefing kita kemarin bareng mr. Nai” aku langsung menyambar ucapan Sandy sembari menutupi pikiranku yang sempat kehilangan momentum sesaat.

“pastinya, Cuma gue masih butuh denger lebih jauh dari Mr. Bin khan dia yang lebih tau arahnya mau kemana, tapi pokoknya kita garap proyek ini, kita jadiin masterpiece baru sob”

Aku tersenyum simpul menatap sahabatku sekaligus Creative Directorku, tak percuma mengajak Sandy join di perusahaanku, he’s brilliant and quite crazy in creative way.

Anyway Rey, gimana soal tambahan creative yg gue minta kemarin, is it okay, I really need a new blood for our team, client kita nambah terus tapi team kita tetap segitu”Sandy menanyakan hal yang beberapa hari pernah diungkapkan kepadaku.

That’s okay buat gue kok, loe butuh tambahan berapa orang?”

“Nis, loe kemarin bilang butuh apa aja?” Sandy melemparkan pertanyaan kepada Nisya

“gw rasa, untuk sementara 1 AD sama 1 CW cukup dech mas”

“Gimana menurut loe Rey? Sandy meminta pendapatku setelah mendengar jawaban Nisya

“Okay kok, yah sudah mau loe yang arrange interview dan prosesnya, atau gue minta Hadi arrange iklan lowongan dan interviewnya?”

“gue aja dech, gue mau cari yang feel dan spiritnya sesuai ma gue”

Okay then, as soon loe dapet let me know yah, and know let’s get to war” jawabku sembari membuka pintu mobil setibanya di Kuningan Seafood.

01 - Pagiku

“Huaaaaaaaaa…….” hal pertama yang aku lakukan ketika bangun adalah menguap dan ngulet di tempat tidur, dengan sedikit malas kusibakan selimut tebal dan kulangkahkan kakiku turun dari tempat tidurku yang empuk dan nyaman. Tanganku meraih handuk dan tak berapa lama aku sudah bernyanyi kecil dibawah shower sambil memikirkan hal yang harus aku lakukan hari ini, “Hmmm…meeting dengan klien baru. It’s gonna be cool”Pikiranku tentang klien baru membuat aku bersemangat hari ini. 15 menit kemudian aku telah rapi dengan pakaian kerjaku, blue jeans dan kemeja bergaris vertical kombinasi putih dan biru dan tak lupa sneakers kesayanganku, hasil rancangan Alexander McQueen.

Bekerja dan memiliki sebuah Advertising Agency memberikan sedikit kebebasan dalam berpakaian kerja, hal yang aku nikmati mengingat aku pernah bekerja di sebuah PR Firm yang mengharuskan karyawannya menggunakan formal dress seperti jas dan dasi setiap harinya, padahal kita bekerja di kota Jakarta dengan iklim tropis dan berada di garis khatulistiwa yang tentunya derajat cuaca cukup lebih tinggi dibandingkan dengan nagara di belahan dunia lainnya.

“Pagi mas, sarapannya sudah saya siapkan…” sapaan dari house maid menyadarkanku dari bayangan hal-hal yang akan aku lakukan hari ini.

“Pagi Sum, tolong sekaligus ambilin koran yah”

“Ini mas, korannya”

“Makasih Sum” Namanya Sum, house maid yang serba bisa, ‘ga hanya bisa membersihkan rumah, mencuci, seterika tapi juga jago masak dan setia, Sum sudah 3 tahun lebih ikut aku, lumayan beruntung karena saat-saat seperti ini agak susah kayaknya untuk mendapatkan house maid yang seperti Sum.

*bell chijmes* ringtone hp-ku berbunyi memecah konsentrasiku pagi ini, kulirik sedikit nama yang muncul di layar sebelum aku menjawab - mama.

“Assalammualaikum Ma, tumben pagi-pagi dah telepon, kenapa ma?"

“Walaikum Salam, kamu dimana kak?”

“Masih dirumah kok, ini lagi sarapan, kenapa Ma”

“Ga pa pa, Mama Cuma mau bilang mama masak udang, kentang cabe lengkap dengan dendengnya, kamu mau lunch dirumah ga? Mama menyebutkan makanan rumah favoritku.

Yum...yum, sound delicious ma, tapi Rey hari ini banyak banget kerjaannya, mama sendiri hari ini ga ngantor?”

“'Ga kak, mama hari ini mau ke Bogor khan jadwal Oma Medical Check Up lagi, yah sudah kalau begitu No Problem Kak, kalau kamu emang mau nanti mama minta Anti anter ke kantor kamu sekalian dia berangkat ke kampus”

“Aw, no..no ma, that’s okay, kesian Anti harus bulak-balik, khan kantor Rey ga searah sama kampusnya, ‘gini aja ma, let me ask pak Agus untuk kerumah mama sehabis drop Rey dikantor, how’s that?”

“Okay kak, nanti mama siapin…have a great day yah”

Will do mom, love you…Assalamualaikum”

love you too kak, Walaikum salam”

Selesai sarapan, aku segera mengambil tas dan beranjak menuju pintu

“Sum, saya berangkat, tolong kemeja-kemejaku di keranjang dibawa ke laundry yah” tanpa mendengar jawaban Sum aku sudah melangkah menuju lift, sambil menunggu lift aku menekan nomor pak Agus.

“Pak Agus, tolong ke lobby yah, makasih”

Sambil melangkah menuju lobby kubalas senyuman dan sapaan receptionist di apartemenku, di depan pak Agus sudah menunggu dan membukakan pintu mobil.

“Pagi pak, kita ke kantor atau kemana dulu?” pak Agus bertanya setelah ia masuk kedalam mobil

“Langsung kantor dulu pak, tapi nanti setelah itu pak Agus tolong ke rumah Mama untuk ambil titipan yah”

“Baik pak”

Perjalanan dari apartemen ke kantorku hanya memakan waktu sekitar 20 menit, itulah sebabnya aku memilih menggunakan apartemen karena macetnya jalanan di Jakarta yang bener-bener bisa bikin gila.Di perjalanan aku sedikit melamun dan membayangkan mama, aku bahagia setiap membayangkan kedua orang tuaku, mama dan papa adalah contoh dari orang tua yang hebat dimataku, susah senang telah mereka jalani bersama, dengan usaha yang dimulai dari satu mesin jahit di sebuah rumah susun di daerah yang dulu terkenal dengan daerah kekuasaan Hercules, mama memulai usahanya dan demi mendukung usaha mama itulah papa juga berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang Finance and Accounting Manager di sebuah perusahaan telekomunikasi yang pada saat itu, telekomunikasi belum berkembang seperti saat ini. Dari door to door papa dan mama jualan tas dan sepatu kulit hasil buatan sendiri sampai akhirnya mempunyai pabrik sendiri sehingga tokonya tersebar di beberapa mall di Jakarta, Bandung, Surabaya dan medan, bahkan mereka sedang merencanakan membuka outlet luar negeri pertamanya di Takashimaya. Meski mereka terbilang sukses tetapi meski demikian kami semua pernah merasakan jatuh yang sangat keras yang kami sendiri tidak pernah mengira kami akan selamat melalui masa tersebut, kalian juga pasti tahu masa itu, tahun 1997 – 1998 krisis moneter di Indonesia, wah semua asset mama papa hampir dilepas guna menanggung hutang-hutang, untungnya mama saat itu tak putus asa sehingga tidak mau melepas pabrik utamanya, karena itulah kami bisa bertahan meski berat dan akhirnya kembali bangkit.

Kepada kita semua, mama selalu berkata, apapun yang terjadi ia selalu bahagia karena memiliki kami bertiga, yah aku ini anak terbesar dari 3 bersaudara, dianugerahi nama Reynaldi Hafil sementara adikku yang kedua juga laki-laki bernama Rifaldi Hafil dan yang ketiga merupakan bidadari kecil kami, tuan puteri yang selalu kami lindungi karena ia adik terkecil plus ia seorang wanita, namanya Rystianty Hafil. Mama memang sudah lama menginginkan anak perempuan, itu sebabnya beda aku ke Anti cukup jauh 9 tahun sementara dengan Aldi aku hanya berbeda 3 tahun.

“Pak, kita sudah sampai” Ucapan pak Agus memecahkan lamunanku.

“Okay, langsung ke rumah mama aja yah pak sekarang” jawabku, selanjutnya aku melangkahkan kaki menuju ruanganku melintasi team aku yang sudah sibuk bekerja