Sabtu, 25 Oktober 2008

01 - Pagiku

“Huaaaaaaaaa…….” hal pertama yang aku lakukan ketika bangun adalah menguap dan ngulet di tempat tidur, dengan sedikit malas kusibakan selimut tebal dan kulangkahkan kakiku turun dari tempat tidurku yang empuk dan nyaman. Tanganku meraih handuk dan tak berapa lama aku sudah bernyanyi kecil dibawah shower sambil memikirkan hal yang harus aku lakukan hari ini, “Hmmm…meeting dengan klien baru. It’s gonna be cool”Pikiranku tentang klien baru membuat aku bersemangat hari ini. 15 menit kemudian aku telah rapi dengan pakaian kerjaku, blue jeans dan kemeja bergaris vertical kombinasi putih dan biru dan tak lupa sneakers kesayanganku, hasil rancangan Alexander McQueen.

Bekerja dan memiliki sebuah Advertising Agency memberikan sedikit kebebasan dalam berpakaian kerja, hal yang aku nikmati mengingat aku pernah bekerja di sebuah PR Firm yang mengharuskan karyawannya menggunakan formal dress seperti jas dan dasi setiap harinya, padahal kita bekerja di kota Jakarta dengan iklim tropis dan berada di garis khatulistiwa yang tentunya derajat cuaca cukup lebih tinggi dibandingkan dengan nagara di belahan dunia lainnya.

“Pagi mas, sarapannya sudah saya siapkan…” sapaan dari house maid menyadarkanku dari bayangan hal-hal yang akan aku lakukan hari ini.

“Pagi Sum, tolong sekaligus ambilin koran yah”

“Ini mas, korannya”

“Makasih Sum” Namanya Sum, house maid yang serba bisa, ‘ga hanya bisa membersihkan rumah, mencuci, seterika tapi juga jago masak dan setia, Sum sudah 3 tahun lebih ikut aku, lumayan beruntung karena saat-saat seperti ini agak susah kayaknya untuk mendapatkan house maid yang seperti Sum.

*bell chijmes* ringtone hp-ku berbunyi memecah konsentrasiku pagi ini, kulirik sedikit nama yang muncul di layar sebelum aku menjawab - mama.

“Assalammualaikum Ma, tumben pagi-pagi dah telepon, kenapa ma?"

“Walaikum Salam, kamu dimana kak?”

“Masih dirumah kok, ini lagi sarapan, kenapa Ma”

“Ga pa pa, Mama Cuma mau bilang mama masak udang, kentang cabe lengkap dengan dendengnya, kamu mau lunch dirumah ga? Mama menyebutkan makanan rumah favoritku.

Yum...yum, sound delicious ma, tapi Rey hari ini banyak banget kerjaannya, mama sendiri hari ini ga ngantor?”

“'Ga kak, mama hari ini mau ke Bogor khan jadwal Oma Medical Check Up lagi, yah sudah kalau begitu No Problem Kak, kalau kamu emang mau nanti mama minta Anti anter ke kantor kamu sekalian dia berangkat ke kampus”

“Aw, no..no ma, that’s okay, kesian Anti harus bulak-balik, khan kantor Rey ga searah sama kampusnya, ‘gini aja ma, let me ask pak Agus untuk kerumah mama sehabis drop Rey dikantor, how’s that?”

“Okay kak, nanti mama siapin…have a great day yah”

Will do mom, love you…Assalamualaikum”

love you too kak, Walaikum salam”

Selesai sarapan, aku segera mengambil tas dan beranjak menuju pintu

“Sum, saya berangkat, tolong kemeja-kemejaku di keranjang dibawa ke laundry yah” tanpa mendengar jawaban Sum aku sudah melangkah menuju lift, sambil menunggu lift aku menekan nomor pak Agus.

“Pak Agus, tolong ke lobby yah, makasih”

Sambil melangkah menuju lobby kubalas senyuman dan sapaan receptionist di apartemenku, di depan pak Agus sudah menunggu dan membukakan pintu mobil.

“Pagi pak, kita ke kantor atau kemana dulu?” pak Agus bertanya setelah ia masuk kedalam mobil

“Langsung kantor dulu pak, tapi nanti setelah itu pak Agus tolong ke rumah Mama untuk ambil titipan yah”

“Baik pak”

Perjalanan dari apartemen ke kantorku hanya memakan waktu sekitar 20 menit, itulah sebabnya aku memilih menggunakan apartemen karena macetnya jalanan di Jakarta yang bener-bener bisa bikin gila.Di perjalanan aku sedikit melamun dan membayangkan mama, aku bahagia setiap membayangkan kedua orang tuaku, mama dan papa adalah contoh dari orang tua yang hebat dimataku, susah senang telah mereka jalani bersama, dengan usaha yang dimulai dari satu mesin jahit di sebuah rumah susun di daerah yang dulu terkenal dengan daerah kekuasaan Hercules, mama memulai usahanya dan demi mendukung usaha mama itulah papa juga berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang Finance and Accounting Manager di sebuah perusahaan telekomunikasi yang pada saat itu, telekomunikasi belum berkembang seperti saat ini. Dari door to door papa dan mama jualan tas dan sepatu kulit hasil buatan sendiri sampai akhirnya mempunyai pabrik sendiri sehingga tokonya tersebar di beberapa mall di Jakarta, Bandung, Surabaya dan medan, bahkan mereka sedang merencanakan membuka outlet luar negeri pertamanya di Takashimaya. Meski mereka terbilang sukses tetapi meski demikian kami semua pernah merasakan jatuh yang sangat keras yang kami sendiri tidak pernah mengira kami akan selamat melalui masa tersebut, kalian juga pasti tahu masa itu, tahun 1997 – 1998 krisis moneter di Indonesia, wah semua asset mama papa hampir dilepas guna menanggung hutang-hutang, untungnya mama saat itu tak putus asa sehingga tidak mau melepas pabrik utamanya, karena itulah kami bisa bertahan meski berat dan akhirnya kembali bangkit.

Kepada kita semua, mama selalu berkata, apapun yang terjadi ia selalu bahagia karena memiliki kami bertiga, yah aku ini anak terbesar dari 3 bersaudara, dianugerahi nama Reynaldi Hafil sementara adikku yang kedua juga laki-laki bernama Rifaldi Hafil dan yang ketiga merupakan bidadari kecil kami, tuan puteri yang selalu kami lindungi karena ia adik terkecil plus ia seorang wanita, namanya Rystianty Hafil. Mama memang sudah lama menginginkan anak perempuan, itu sebabnya beda aku ke Anti cukup jauh 9 tahun sementara dengan Aldi aku hanya berbeda 3 tahun.

“Pak, kita sudah sampai” Ucapan pak Agus memecahkan lamunanku.

“Okay, langsung ke rumah mama aja yah pak sekarang” jawabku, selanjutnya aku melangkahkan kaki menuju ruanganku melintasi team aku yang sudah sibuk bekerja

Tidak ada komentar: